BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banyak orang yang mengenal buku-buku atau serat karya Ranggawarsita,
bahkan sebagian ada yang hafal diluar kepala. Namun sangat sedikit yang
mengetahui riwayat pujangga agung kraton Surakarta yang juga termasuk pujangga rakyat.
Memang sangat sedikit buku-buku yang diterbitkan, yang memuat tentang riwayat
beliau secara keseluruhan , begitu juga tentang filsafatnya. Apabila ada yang
memuat biasanya hanya disinggung secara sepintas saja kemudian secara garis
besar.
Makalah yang kami hadirkan akan membahas sedikit tentang biografi,
karya dan pemikiran Ranggawarsita, dan juga pemikiran-pemikirannya, yang
informasinya kami dapat dari beberapa referenssi yang kami temuakan dan kami
sajikan semampu kami dalam memahaminya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Biografi Ranggawarsita
2.
Karya-karya Ranggawarsita
3.
Tasawuf Falsafi Ranggawarsita
4.
Ramalan-Ramalan Ranggawarsita
5.
Pembacaan Kontemporer terhadap Karya Ranggawarsita
C.
Tujuan Pembahasan
Tujuan kami menyajikan makalah ini adalah untuk memperkaya
pengetahuan kita dalam ilmu filsafat, terutama dari filosof yang ada di Jawa.
Selain itu dapat mengetahui tentang keberadaan Ronggo warsito, baik dari segi
keturunan, latar belakang, karya dan ajaran filsafatnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Ranggawarsita
Ranggawarsita memiliki nama asli Raden Bagus Burham, ia dilahirkan
pada hari Senin Legi tanggal 10 Dzulqa’dah tahun Be 1728, Wukunya
Sugsang, Dewanya Sri, Wurukung Huwas, musim Jita, jam
12 siang atau kalau menurut penanggalan Belanda 15 Maret 1802 M,[1] di
kampung Yasadipura Yongyakarta.[2]
Ditelusuri dari silsilah ibunya, Raden Bagus Burham merupakan keturunan dari
Demak, dan merupakan keturunan pujangga. Adapun urutannya yaitu: Sultan
Trenggono di Demak berputera R.T. Mangkurat, kemudian berputera R.T.Sujonopuro
atau disebut P.karanggayan yang merupakan abdi dalem pujangga di Pajang yang
sangat terkenal. Kemudian beliau berputera R.T. Wongsoboyo bupati di Kartasuro,
berputera K.A. Wongsotruno kemudian berputera K.A. Noyomenggolo di Palar
berpangkat Demang, kemudian berputera Ng.Suridirjo I, kemudian berputera R.Ng.
Surodirjo II atau Sudirodirjo Gantang,[3] yang kemudian
berputera R.Ngt. Ronggo Warsito II yaitu ibu Raden Bagus Burham.[4]
Adapun apabila dilihat dari urutan ayahnya, beliau merupakan keturunan
dari Pajang yaitu keturunan dari Jaka tingkir. Adapun urutannya yaitu: Sultan
Hadiwijaya atau Jaka Tingkir di pajang berputera P.A. Arya Prabu Wijaya (P.
Bawono), lalu berputera P. Emas atau Panembahan Raden, kemudian berputera
P.Harya Wiromenggolo di Kojaran, kemudian berputera P.Adipati Wiromenggolo di
Cengkalsewu, kemudian berputera P.H.Danuupoyo dan ini berputera K.R.T.
Padmonagoro bupati pekalongan, beliau berputera R.Ng. Yosodipuro I yang menjadi
pujangga keraton Surakarta, kemudian berputera R.Ng. Ronggo Warsito I atau
R.Ng. Yosodipuro II atau R.T. Sastronagoro saudara seperguruan Kyai Imam
Besari, kemudian berputera M.Ng. Ronggowarsito II ayah Raden Bagus Burham.
Di masa kecilnya Bagus Buham merupakan sosok anak yang cerdas. Ia selalu
disayang dan diperhatikan oleh orang tuanya. Terutama kakeknya R.T Sastronagoro
atau R.Ng Ronggowarsito I. R.T. Sastronagoro menemukan jiwa yang teguh dan
bakat yang besar dibalik kenakalan Burham kecil yang memang terkenal bengal. Melihat kenyataan cucunya yang seperti itu R.T Sastronagoro
berinisiatif untuk mengirimnya nyantri ke Pesantren
Gebang Tinatar di Ponorogo asuhan Kyai Kasan Besari.
Sebelum berangkat nyantri ke Kiyai Kasan Besari, selama 8 tahun Bagus
Burham mendapat pendidikan dari pengasuh pribadinya Kitanujoyo. Dari Kitanujoyo
ini Bagus Burham mendapatkan pendidikan dasar, dan darinya pula ia pertamakali
dikenalkan dengan dunia mistik.
Untuk Bagus Burham, Ki Tanujaya adalah seorang abdi dan sekaligus
seorang guru sejati.[5]
Dia selalu menemani kemanapun Bagus Burham pergi. Ketika Bagus Burham di kirim
Nyantri ke Kiyai Kasan Besari, ia juga ikut bersamanya. Tanggung jawab
selama berguru itu sepenuhnya diserahkan pada Ki Tanujaya.
Setelah nyantri
selama dua bulan lebih ternyata Bagus Burham tidak maju-rnaju, dan ia sangat
ketinggalan dengan teman seangkatannya. Disamping itu, Bagus Burham di Ponorogo
mempunyai tabiat buruk yang berupa kesukaan berjudi. Dalam tempo kurang satu
tahun bekal 500 reyal habis bahkan 2 (dua) kudanyapun telah dijual. Sedangkan
kemajuannya dalam belajar belum nampak. Kyai Imam Besari menyalahkan Ki Tanujaya
sebagai pamong yang selalu menuruti kehendak Bagus Burham yang kurang baik itu.
Akhirnya Bagus Burham dan Ki Tanujaya dengan diam-diam menghilang dari Pondok
Gebang Tinatar menuju ke Mara. Disini mereka tinggal di rumah Ki ngasan Ngali
saudara sepupu Ki Tanujaya. Menurut rencana, dari Mara mereka akan menuju ke
Kediri, untuk menghadap Bupati Kediri Pangeran Adipati cakraningrat. Namun atas
petunjuk Ki Ngasan Nga1i, mereka berdua tidak perlu ke Kediri, melainkan cukup
menunggu kehadiran Sang Adipati Cakraningrat di Madiun saja, karena sang
adipati akan melewati Madiun dalam ragka kunjungannya ke Surakarta.
Sementara itu,
Kyai Kasan Besari menyuruh abdinya bernama Ki Kramelaya dan Ki Jasanagara
mencari Bagus Burham dan Ki Tanu Jaya untuk diajak ke Gebang Tinatar, Tegalsari
Ponorogo. Dalam masa perguruannya yang kedua ini Bagus Burham tidak berkurang
kenakalannya. Maka, dia dimarahi oleh Kiyai Kasan Besari habis-habisan. Kemarahan
Sang Kiyai ini mencekam di lubuk sanubari Bagus Burham.[6] Selanjutnya dengan nasihat halus Ki Tanujaya,
Bagus Burham pean-pelan insaf dan berkeinginan untuk melakukan perenungan hidup
dengan bertapa, dan berpuasa selama 40 hari.
Setelah
menjalani tirakat-nya, Bagus Burham menjadi 180 derajat berubah total.
Kepandaian Bagus Burhampun mulai tampak bahkan sangat menonjol dan melebihi
siswa-siswa yang lain. Ia dengan cepat fasih membaca kitab-kitab kuning pedoman
pondok seperti Ihya’ Ulumuddin dan lainnya. Setelah beberapa tahun dan
dianggap menguasai ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu yang lain, Bagus Burham pulang
ke Surakarta.[7]
Perjalanan
Bagus Burham dalam menuntut ilmu tidak berhenti samapai di Tegalsari Ponorogo. Setelah
mendapatkan jabatan di keraton dan juga menikah dengan R.A Gombak, Bagus Burham,
melanjutkan pengembaraan ilmunya keberbagai tempat dan guru. Diantara Guru yang
ditemui adalah Kiyai Tunggul Wulung di Desa ngadiluwih Surbaya, Ki Ajar
Wirakantha dari Banyuwangi, dan Ki Ajar Sidalaku di puncak gunung Tabanan Bali.
Dari Ki Ajar Sidalaku ini Bagus Burham diwejang ilmu “Pengawasan”, Rahasia
mengetahui berbagai hal yang belum terjadi, dan juga diberi berbagai buku kuno
seperti: Serat Rama Dewa, Bimasuci, Baratayudha, Dharmasarana, Satra Budha dan
lain-lainnya.[8]
Dalam karirnya
Bagus Burham selalu mengabdikan diriya pada keraton Surakarta, pada awalnya ia
diangkat oleh Paku Buana IV menjadi Carik Kadipaten Anom. Selanjutnya pada
tahun 1822 M, dianaikkan pangkatnya menjadi Mantri Carik Kadipaten Anom (terus
dadi panditaning Ratu) oleh Paku Buana V, pada tahun 1826 oleh paku Buna VI
diangkat menjadi Panewu Sedasa Kadipaten (Dadi Tinata Panditaning Ratu), dan
yang terahir sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom (Pujangga Kerajaan)
menggantikan ayahnya yang diculik Belanda ke Jakarta. Sejak itu Bagus Burhan
bernama R.Ng. Ranggawarsita III.[9]
Semenjak menggantikan
ayahnya tersebut, Ranggawarsita makin dikenal sebagai pujangga yang ahli
sastra. Banyak bangsawan yang berguru kepadanya seperti B.R.M. Haryo Hondokusumo,
B.R.M Panji Ismubroto, dan lain-lain. Demikian juga orang-orang asing seperti
C.F Winter, Jnas, Fortier, Dowing, Janson dan lainnya semua berguru pada
Ronggowarsito.[10]
Ranggawarsita wafat pada tahun1873 M, tepatnya pada tanggal 24 Desember,
dalam usia 71 tahun, dan dimakamkan di Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten
Klaten. Setelah mengalami penderitaan batin di masa tuanya karena kurangnya
perhatian dari pihak istana11. Delapan hari sebelum meninggal Ronggowarsito
mengarang Sabda Jati yang berisi ramalan kematiannya delapan hari lagi
di akhir bait karya tersebut.
Ada dua pendapat tentang ramalan kematiannya sendiri dalam Sabda
Jati tersebut, pertama, itu karena Ranggawarsita memiliki kemampuan melihat
ke masa depan, dan pendapat kedua mengatakan bahwa Ranggawarsita
mengetahui hari kematiannya sendiri karena ia dihukum mati, pendapat
kedua ini diperkuat dengan asumsi mengenai hubungan buruk yang terjadi
antara Ronggowarsito dengan pihak Istana serta dengan pihak Belanda.
Dengan mengesampingkan dua pendapat tersebut, memang benar Ronggowarsito
wafat delapan hari setelah menulis Sabda Jati.[11]
B.
Karya Ranggawarsita
Raggawarsita sebagai seorang pujangga banyak menghasilkan karya
sastra, selain memang profesinya sebagai pujangga beliau juga memiliki kepandaian
yang lebih. komentar salah satu muridnya yaitu Ki Padmosusastro, tentang
kepujanggan Ranggawarsita. Komentarnya adalah: “Cekakipun guru kulo puniko
paud sanget, kepingin kulo niru iketipun (ukara), nanging setengah pejah”.
Artinya adalah “Pendeknya guru saya itu pandai sekali, saya ingin meniru bagaimana cara menyusun kata, tapi
setengah mati saya tidak berhasil”.[12]
Karena
kepadniannya tersebut, ketika Johanes Portier mendirikan Majalah Jawa
Barmartani dia mengajak Ranggawarsita sebagai redaksi (peneliti naskah).
Bahkan, C.F Winter Pernah menawarinya untuk menjadi guru besar di Blanda namun Ranggawarsita menolaknya.
Beberapa karya Ranggawarsita telah banyak diterbitkan orang.
Sedangkan yang lainnya masih berbentuk manuskrip. Karya-karyanya antara lain:
Ajidarma, Ajidarma-ajinirmala, Ajipamasa, Budayana, Babad iteh, Babon serat
Pustaka raja, Cakrawati, Cemporet, Darmasarana, Dasanamaning Utusan, Hidayat
Jati, Jaka Lodang, Jayengbaya, Jatipsara, Kalitida, Kracik Pawukon Ageng,
Kawi-Javanshe Woordenbooek, Matnyanarparta, Mardalawagu, Pambeganing Nata Binatara,
Panji Jayengtilem, Pamoring Kawulo Gusti, Paramayoga, Partakaraja, Pawarsakan,
Purrusangkara, Purwagnyana, Purwa Wasana, Pakem Pustaka Raja Purwo,
Paramasastra, Patisan Kina ing Kediri, Purwaning Pawukon Ageng, Rerepan Sekar Tengahan,
Sabdajati, Sabda prawana, Sabdatama, Salasilah, Sariwahana, Sidawakya, Sejarah
pari sawuli, Serat Iber-iber, Saloka Akaliyan Paribasan, Saridin, Sidin, Ulam
Kuthuk, Uran-uran Sekar Gambuh Warni Pitu, Waduhaji, Wahanyasampatra, Wirid,
Witaradya, Wedhayatmaka, Wedaraga, Wedyapradana, Wirid Supanalaya, Wedasatya,
Yudayana.[13]
Sedangkan karya orang lain yang disalin (digubah) oleh ki pujangga
adalah, Bratayudha, Jayabaya, Panitisastra yang semua itu merupakan
karya Yosodipuro I. selain karya tersebut masih banyak lagi karya lainnya yang
belum kami ketahui.
C.
Tasawuf Falsafi Ranggawarsita
Tasawuf Falsafi
Raggawarsita secara jelas tertuangkan dalam Wirid Hidayat Jati-nya.
Wirid Hidayat Jati sering disebut-sebut sebagai bentuk kepustakaan Islam
kejawen,[14]
sebuah tradisi pembaharuan antara Islam dengan tradisi jawa. Wirid Hidayt
jati itu sendiri adalah warisan pemikiran Islam kejawen abad ke-19.
Muhammad Rasyidi melihat bahwa masyarakat Jawa sejak dulu masih tetap meyakini
Islam sebagai Agama, sebagaimana raja- raja mereka sebelumnya. Masalahnya,
pengaruh kepercayaan lama tetap melekat dalam pemikiran mereka seperti halnya
masyarakat-masyarakat lain. Sesudah kerajaan-kerajaan Islam berdiri di atas
reruntuhan Hinduisme dan Budhisme, interaksi antara sumber-sumber Islam dan
kepercayaan lokal mutlak terjadi.
Wirid
Hidayat Jati Sebagai bentuk
ajaran union-mistik (faham mistik yang mengajarkan kesatuan antara
manusia dan Tuhan), uraian tentang Tuhan tak dapat dipisahkan dari uraian
tentang manusia. Uraian tentang Tuhan sebagai Zat Mutlak yang tidak dapat
diketahui oleh akal, indra maupun dugaan (Waham), tampak secara tidak
langsung digubah dari konsep Ibnu Arabi yang berfaham Phantheismonis.
Kemungkinan ajaran Ibnu Arabi itu disadap melalui Insan Kamil-nya Abdul
Karim Al-Jalili karena kitab ini sering disebut dalam Hidayat Jati. Atau
mungkin juga digubah dari ajaran Martabat Tujuh, baik melalui
kepustakaan mistik melayu (karya Syamsuddin As-Sumatrani) atau langsung dari
ubahan Tuhfat.
Dalam
Tuhfat gubahan Jawa, Tuhan sebagai zat mutlak. Dalam ajaran Martabat
Tujuh-nya syekh ibn Fadullah Al-Burhanpuri, zat Tuhan dalam keadaan mutlak
tidak dapat diketahui dan dibayangkan oleh siapapun, baik oleh para nabi, wali, atau malaikat
sekalipun. Itulah martabat sepi dari sifat, asma, dan af’al
hingga tak dikenal oleh siapapun. Kaitan antara ajaran martabat tujuh yang
bersumber dari Tuhfat sangat jelas. Bahkan, inti ajaran Wirid Hidayat
Jati boleh dikatakan merupakan perpaduan antara ajaran Martabat Tujuh
dari mistik Islam dan penghayatan gaib dari ajaran Dewaruci. Oleh karena
itu, inti ajaran maupun konsep ajaran Martabat Tujuh cukup mewarnai alam
pikiran mistik Ronggo Warsito dalam Wirid Hidayat Jati. Ajaran tentang
penciptaan manusia beserta alam manusia, dalam Wirid Hidayat jati-pun digubah
dari konsep Tajalli Tuhan sebanyak tujuh martabat dari Tuhfat. Konsep
tajalli bersumber dari falsafah monis Ibnu Arabi.
Konsep
Martabat Tujuh yang digubah oleh Ronggo Warsito agak unik karena
memiliki ciri khas tersendiri sebagai hasil dari sinkretis dengan
kebudayaan setempat. Konsep Martabat Tujuh dalam serat yang bernama Wirid
Hidayat Jati ini berisi pandangan hidupnya tentang Tuhan, manusia dan alam
semesta; tiga aspek utama yang terdapat dalam berbagai bentuk kepercayaan.[15]
Sejara
jelas Martabat tujuh yang diubah oleh Ronggowarsito terdapat dalam dua
wejangannya :[16]
a.
Wejangan Pertama: “Disebut pelajaran akan sifat-sifat Allah.
Sebagaimana firman Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang bermakna kurang lebih
begini: Sesungguhnya tidak ada apa-apa tatkala sebelum masa penciptaan, yang
ada (paling awal) itu hanya Aku, tidak ada Tuhan kecuali Aku yang Hidup dan
Maha Suci baik asma maupun sifatKu (dzat, sifat, asma, af’al).Yang dimaksud
begini: Yang digambarkan tiada tuhan kecuali aku, hakekat hidup yang suci,
sesungguhnya hidup kita ini adalah melambangkan citra Allah, sedang nama dan
perbuatan kita itu semua berasal dari kemahakuasaan Allah, yang menyatu ibarat matahari dan sinarnya, madu
dengan manisnya, sungguh tiada terpisahkan.
b.
Wejangan yang kedua adalah : (tetang Martabat Tujuh) Pengertian
adanya Allah. Wejangan ini mengajarkan bahwa elemen hidup kita ini berada pada
tujuh keadaan, sebagaimana firman Allah kepada Muhammad SAW yang maknanya
begini: Sesungguhnya Aku adalah Allah, yang berkuasa menciptakan segala sesuatu
dengan kun fa yakun dari qodrat dan iradatKu, yang
demikian ini menjadi pertanda bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Adapun tujuh keadaan tersebut adalah:
1)
Yang pertama, Aku ada dalam ketiadaan yang tanpa awal serta tanpa
akhir, (Hayyu) itulah alamKu yang Maha Gaib.
2)
Kedua, Aku mengadakan cahaya (Nur Muhammad) sebagai manifestasiKu,
berada dalam kehendakKu.
3)
Ketiga, Aku menciptakan bayang-bayang sebagai pertanda citraKu (sir),
yang berada pada alam kejadian/penciptaan (mula-jadi).
4)
Keempat, Aku mengadakan ruh (Ruh idhofi) sebagai pertanda
hidupku, yang berada pada darah.
5)
Kelima, Aku mengadakan angan-angan (Nafsu) yang juga menjadi
sifatKu, yang berada pada alam yang baru boleh diumpamakan saja
6)
Keenam, Aku mengadakan budi (akal), yang merupakan kenyataan
penjabaran angan- angan yang berada pada alam ruhani.
7)
Ketujuh, aku menggelar warana sebagai sentral/wadah atas semua ciptaanku
(jasad).
Uraian
martabat Tujuh tersebut menggambarkan dzat Tuhan sebagai satu titik pusat, yang
diingkari oleh tujuh lapis lingkaran. Lingkaran terdalam adalah hayu,
yang kedua adalah nur, yang ketiga rasa, keempat roh,
kelima adalah nafsu, ketujuh atau paling luar adalah jasad.[17]
D.
Ramalan Ranggawarsita
Mark R.
Woodward dalam hasil wawancaranya, mendapatkan kesimpulan yang isinya bahwa Masyarakat
jawa kontemporen masih terpengaruh erat dengan hal mistik. Jika ada dua pilihan
informasi yang didapat dari tulisan dengan informasi yang didapat dari semedi,
maka yang dianggap lebih valid adalah informasi yang diperoleh dari semedi,
karena hasil semedi merupakan informasi yang didapatkan langsung dari Tuhan.
Sedangkan informasi tertulis yang merupakan buatan manusia masih dicurigai
kevalidannya, karena manusia bisa saja berbohong.
Woodward, juga
mengatakan, teori pengetahuan seperti ini (hasi semedi) menjadi basis
intelektual bagi teori-teori Jawa mengenai ramalan. Ramalan adalah sejarah masa
depan. Ramalan memainkan peran penting dalam histrogrfi, literatur utama, dan
tradisi keagamaan Jawa.[18]
Kepercayaan
masyarakat kepada ramalan tersebut sudah ada sejak zaman Jawa kuno, bahkan
sebelum Ranggawarsita sudah ada peramal besar yaitu Prabu Aji Jayabaya.
Ronggowarsita dalam mendalami ilmunya banyak membaca dari karya-karya
sebelumnya termasuk mempelajari ramalan (Jangka) Jayabaya. Disamping itu Ranggawarsita juga pernah
belajar kepada Ki Ajar Sidaluku tentang ilmu “pengawasan”, yaitu ilmu untuk
mengetahui hal-hal yang belum terjadi. Sehingga sejarah mencatat selain beliau
mahir dalam sastra jawa juga mampu memprediksi tentang apa yang akan terjadi
dizaman akan datang. Adapun diantara ramalan-ramalan Ranggawarsita adalah:
1.
Ramalan tentang kemerdekaan Indonesia dituliskan dalam Serat
Joko lodang yang berbentuk megatruh bait kedua berbunyi,
“Sangkalane
maksih nunggal jamanipun
Neng sajroning
madya akir
Wiku Sapta
ngesthi
Ratu Adil
parimarmeng dasih
Ing kono
kersaning Manon”. [19]
Artinya: Jaman
masih sama pada akhir pertengahan jaman. Tahun Jawa 1877 (wiku=7, Sapta=7,
Ngesti=8, Ratu=1). Bertepatan dengan tahun Masehi 1945. Akan ada keadilan
antara sesame manusia. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan.
2.
Tentang adanya tujuh Satrio
Paningit yang akan muncul sebagai tokoh yang mampu memerintah atau memimpin
wilayah bekas kerajaan Majapait, atau Negara Indonesia. Ketujuh ramalan itu
antara lain adalah :[20]
a.
Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, maksudnya pemimpin yang kelak akan berhasil membebaskan bangsa
ini dari keterbelengguan adalah tokoh yang akrab dengan penjara (kinunjoro).
Tokoh itu akan menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo
kuncoro). Para ahli kemudian menafsirkan bahwa tokoh yang disebut
Ronggowarsito adalah Presiden Soekarno.
b.
Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Tipologi pemimpin selanjutnya yang diramalkan Ranggawarsita adalah
seorang tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti), berwibawa dan
ditakuti (wibowo), meskipun demikian tokoh tersebut akan mengalami suatu
keadaan dimana ia akan selalu dipersalahkan, serba buruk, dan jug selalu
dikaitkan dengan segala keburukan dan kesalahan (kesandung kesampar).
Beberapa ahli menafsirkan kalau yang dimaksud kurng lebih adalah Presiden
Soeharto.
c.
Satrio Jinumput Sumela Atur, Tokoh yang diramalkan ini adalah tokoh yang diangkat atau dipungut
(jinumput), akan tetapi hanya ada dalam masa jeda atau masa transisi
untuk sekedar menyelingi keadaan saja (Sumela atur). Para ahli
mengatakan ramalan ini dengan Naiknya BJ. Habibie sebagai presiden,
menggantikan Soeharto yang dilengserkan. BJ. Habibie.
d.
Satrio Lelono Tapa Ngrame, Pemimpin selanjutnya adalah sosok tokoh yang suka mengembara dan
berkeliling dunia (lelono). Akan tetapi, dia juga seorang yang mempunyai
tingkt kejiwaan relijius yang cukup atau seorang ruhaniawan (tapa ngrame).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid.
e.
Satrio piningit Hamong
Tuwoh, Ramalan ini dinisbatkan keada Megwati. Menurut Ronggowarsito, tokoh
pemimpin yang akan muncul sesudah fase keempat adalah tokoh yang membawa
charisma keturunan dari moyangnya (Hamung tuwuh). Megawati sebagai
putrid Soekarno sangat tepat untuk menggambarkan ramalan ini.
f.
Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Tokoh pemimpin yang satu ini disebut tokoh yang berpindah tempat (boyong)
dan diyakini akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju
tercapainya zaman keemasan (Pambukaning gapuro). Banyak pihak yang
meyakini kalau tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono yang
menjadi presiden selama dua periode.
g.
Sartio Panandito Sinisihan Wahyu, Tokoh pemimpin ini diramalkan amat sangat religious sampai-sampai
digambarkan bagaikan seorang Resi Begawan (Panandito). Dalam segala tindakannya,
ia berdasarkan hukum Allah Swt. (Sinisihan Wahyu). Fase ketujuh inilah
yang seringkali memunculkan polemic di banyak kalangan.
3.
Ramalan tentang “Zaman Edan”. Kebanyakan masyarakat Jawa meyakini
kalau karya Kala Tida Ronggowarsito yang didalamnya menjelaskan tentang Zaman
Edan merupakan ramalannya untuk zaman akan datang. Bunyi ramalan itu
adalah:
“Amenangi jaman edan, ewuh eya ing
pambudi, Milu edan ora tahan, yen tan melu nglakoni, Boya kaduman melik,
kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, Begja-begjane wongkang lali luwih
begja kang eling lanwaspada.”
Artinya: Hidup di dalam jaman edan, memang
repot. Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya zaman
tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan. Namun sudah
menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia
namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.[21]
Akan tetapi
menurut Anjar Ani, Kala Tida bukan ramalan akan tetapi suatu kritik atau
sindiran tehadap raja PB IX.[22] Karena
pada waktu itu terjadi permasalahan antara Ranggawarsita dengan PB IX.
4.
Ramalan tentang kematiannya sendiri. Ramalan ini tertuiskan dalam Serat
Sabda Jati. Dalam ramalannya itu Raggawarsita mengatakan dalam bahasa Jawa
yang artinya, “Penglihatan Ki Pujangga dalam meninjau (Meramal) masa-masa
mendatang belum tuntas, panjangnya bagaikan benang yang ditarik. Namun karena
umur sudah mendekati ajal kembali keasal mulanya. Hanya kurang delapan hari
lagi datangnya kematian yang smpurna lokil mahpul sudah tampak (sudah
tampak di lauhil mahfudz) yaitu diwaktu hari Rebo Pon. Tanggal 5 di saat
luhur, bulan Sela tahun Jimakir, Wuku Tolu, nama waktu yang lain Janggur.
Windunya Sengsara disebut windu kematian berkumpul jadi satu”.[23]
Selain
Ramalan-ramalan diatas masih banyak ramalan-ramalan lain seperti ramalan yang
dilakukan untuk ujian kepujanggaan. Ramalan tentag kematian anaknya, istrinya
dan ibunya, dan yang lainnya.
E.
Pembacaan Kontemporer Terhadap Karya Ranggawarsita
Beberapa pembaca karya Ranggawarsita akhir-akhir ini berusaha
meneliti terhadap karya-karya besar Ranggawarsita. Dua pembaca yang akan
dibahas disini adalah Dian Widianarco dan Rudianto. Kedua pembaca ini berusaha
mengomparasikan karya-karya Ranggawarsita dengan konteks keilmuan Kontemporer.
1.
Pembacaan Dian Widianarco
Dian
Widianarco dengan tulisannya berusaha membuktikan adanya unsur filsafat sejarah
pada karya-karya Ronggowarsito khususnya pada serat Paramayoga.
Serat paramayoga adalah
buku yang diterbitkan oleh Kolf Bunning, di Yogyakarta pada tahun 1885. Buku
ini merupakan karya Ranggawarsita dalam bentuk prosa. Termasuk nonfiksi dan
fiksi, berupa cerita sejarah dan biografi, isinya menceritakan tentang
asal-usul tanah Jawa beserta surya. [24]
Dalam Paramayoga terlihat adanya sinkretisme antara
ajaranHindu-Budha, Islam, dan kepercayaan Jawa, yang dikemas sedemikian rupa
oleh Ronggowarsito sehingga menjadi sebuah naskah kesejarahan yang
memberikan informasi mengenai asal-usul manusia Jawa. Mengenai
sinkretisme tersebut Otto Sukatno Cr. mengatakan sebagai berikut:[25]
“Hemat saya, buku Paramayoga mencerminkan sebuah model dari
adanya bentuk sinkretisme yang paling pas dan harmonis antara ajaran teologi
Islam, Hindu Budha, dan Jawa. Karena sebagaimana yang diperkirakan oleh prof.
Dr. Ng. Poerbatjaraka, Sang Hyang At-Hama untuk sebutan Nabi Adam, sangat dekat
atau diperkirakan sebagai usaha pendekatan penulisannya terhadap konsepsi Atman
dalam teologi Hindu, yang merupakan intisari eksistensi kemanusiaan, yang
membedakannya dengan Brahman (Ketuhanan)”.
Di sinilah peranan Ranggawarsita sebagai filsuf sejarah nampak
dengan jelas. Ia merumuskan sejarah berdasarkan apa yang ada di dalam alam
pikirannya, yang memang terbangun oleh sinkretisme tersebut. Langkah
Ranggawarsita dalam menyusun sejarah ini sejalan dengan pendapat
R.G.Collingwood, bahwa kita bisa menghadirkan kembali sejarah atau masa lalu di
alam pikiran atau batin kita (re-enactment of the past).
Ranggawarsita mempersepsikan asal-usul manusia Jawa berdasarkan
otoritas pengetahuan yang saat itu sedang berlaku yang penuh dengan sinkretisme.
Lalu Ranggawarsita menyusun kembali persepsinya tentang masa lalu tersebut ke
dalam Serat Paramayoga berdasarkan memorinya, maka jadilah Paramayoga
yang merupakan upaya re-enactment of the past yang dilakukan
Ranggawarsita. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan, Collingwood bahwa pemikiran sejarah tidak diragukan lagi
sejalan atau sama dengan persepsi.
Ranggawarsita sendiri dalam pembukaan Paramayoga menjelaskan
bahwa Paramayoga dirujuk dari beberapa sumber sejarah atau kitab-kitab
yang sudah ada sebelumnya. Penjelasan Ranggawarsita tentang itu sebagai
berikut:
“Adapun rujukan cerita dalam naskah ini diambil dari kisah yang
dimuat dalam Serat Jitapsara karya Begawan Palasara di tanah
Hastinapura—yang dinukil dari isi serat Pustaka Darya di mana induknya
berada di tanah Hindustan (India). Kisah ini kemudian dipertemukan dengan isi
kitab Miladuniren yang induknya berada di Najran (Turki?) serta kitab Salsilatulquyub
yang induknya berada di Selan (Srilangka) dan kitab Musarar serta
kitab Jus al-Gubet yang induknya berada di Rum (Romawi). Tetapi isi
kitab-kitab tersebut hanya dinukil sepanjang ada hubungannya dengan Serat
Paramayoga semata. Selain itu, dinukil juga berbagai hikayat dan riwayat
yang sudah tersebar di masyarakat luas. kemudian diturunkan dengan hitungan
tahun Matahari dan tahun Bulan”.[26]
Penjelasan tersebut semakin menegaskan bahwa Ranggawarsita berusaha
membuat karya sejarah dengan merekonstruksi dan mengkomparasikan karya karya
atau literatur sejarah yang telah ada. Ia juga sengaja mengumpulkan literatur
sejarah dari seluruh belahan dunia untuk memperkuat karyanya tersebut, atau itu
dilakukannya agar konsep sejarahnya bersifat universal. Dari itu semua sudahlah
jelas unsure-unsur Filsafat sejarah memang terdapat pada Serat Paramayoga.
Dalam berbicara mengenai sejarah,
Ronggowarsito juga membagi periode zaman atau kala menjadi beberapa
bagian berdasarkan sifat-sifatnya, misalnya kalabendhu, kalasuba,
juga kalatidha. Kalatidha juga menjadi nama salah satu karya
besarnya yang terkenal karena konsep atau ramalannya tentang datangnya Zaman
Edan, yang terletak pada bait ke-7 buku tersebut.
Periodisasi menurut Huizinga juga harus luwes, jangan kaku atau
dogmatis30. Demikian pula yang dilakukan oleh Ronggowarsito, ia juga membuat
periodisasi dengan menggunakan istilah istilahnya sendiri seperti Kalatidha atau
Zaman Cacat, Kalasuba atau Zaman Indah/baik, Kalabendhu atau
Zaman Kemarahan, Zaman Edan, dan lain sebagainnya, yang ia golongkan
berdasarkan keadaan atau suasana zaman tersebut.
Seperti yang telah disinggung di muka, semua karya Ranggawarsita
tersebut memang sangat kental unsur filsafat sejarahnya termasuk periodisasi
yang dilakukan Ronggowarsito dengan zaman-zaman atau kala-kala-nya
tersebut.[27]
2.
Pembacaan Rudianto
Rudianto dalam
skripsinya berusaha meneliti salah satu karya Ranggawarsita yaitu Serat
Cemporet. Ia menjadikan Serat Cemporet sebagai objek penelitian,
karena dalam karya sastra tersebut, banyak mengandung nilai-nilai pendidikan
yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat sekarang. Dengan kata lain,
nilai- nilai pendidikan yang di dalamnya merupakan nasehat dan anjuran yang
dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan nyata. Khususnya bagi para
generasi muda yang sedang mengalami masa peralihan ke arah kedewasaan.
Serat cemporet
ini berupa buku, diterbitkan oleh Albert Rusche, di Surakarta pada tahun 1896.
Buku ini merupakan karya Ronggowarsito berbentuk puisi. Jenis termasuk fiksi,
berupa pendidikan moral, isinya menceritakan Raden Mas Jaka Pramono, seorang
putra Pagelan, menikah dengan dengan Rara Kemenyar, eorng anak angkat Kibuyut
Kemenyar.[28]
Rudianto
menyebutkan ada empat nilai pendidikan dalam Serat Cemporet:
a.
Nilai pendidikan agama meliputi:
1)
Percaya akan takdir. Hal ini terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
“Diri
saya boleh diibaratkan seperti batu yang terbenam ke dalam air, mustahil
rasanya akan dapat timbul kembali. Sudah merugi ternyata tak ada manfaatnya,
malahan semakin terlanjur-lanjur susah.” Menco menanggapinya dengan suara
lembut, “Jika sudah menjadi kehendak dewata, (pupuh IX, bait 39)
b)
Pasti
tidak dapat disingkiri. Tinggi-rendah dapat saja terlaksana, dan sudah banyak
contohnya, para raja di jaman kuno, banyak yang mengambil keturunan orang
kebanyakan, yang akhirnya menjadi tinggi juga, karena keberuntungan itu
jatuhnya tidak memiliki tempat. (pupuh IX, bait 40)
c)
Siapa yang dapat menentukan datangnya keberuntungan, mala-petaka
dan datangnya maut, serta datangnya sakit. Semua itu merupakan gaibnya Yang
Maha Kuasa. Manusia hanya berlindung dan berserah kepada kehendak Tuhan.”
(pupuh IX, bait 41)[29]
2)
Memanjatkan rasa sukur, terlihat pada bait-bait yang berrti:
a)
Dengan
tersenyum manis jamang turut berbicara, katanya, “Ayah, dengan demikian
sekarang anda kedatangan dan menerima keluarga bertumpuk-tumpuk, yang harus
anda gendong.” (pupuh XIII bait 44)
b)
Ki Buyut
menjawab lembut, “Tak lain aku hanya menerima, Anakku. Dan turut serta menjaga
Gusti atas kehendak Dewa Agung, karena adanya lakon yang ajaib.” (pupuh XIII
bait 45)
c)
Jamang berkata lagi, “Jika demikian beribu-ribu Syukur, karena dewa
bersifat pemurah dan pengasih. Terimalah dengan sabar dan tawakal bayangan
keselamatan ini. (pupuh XIII bait 46)
3)
Sikap pasrah. Terlihat dari bait-bait yang berarti:
a)
Sehingga
tak ubahnya dengan manusia. “Jamang menyambung, ujarnya, “Cunduk, engkau
sungguh beruntung, mendapat amanat dari Gusti. (pupuh XII, bait 5)
b)
Resapkanlah sampai ke hati dengan baik, jangan was-was. Kematian
suamimu itu terimalah dengan sabar dan tabah.”(pupuh XII, bait 6)[30]
b.
Nilai pendidikan etika meliputi:
1)
Tutur kata. Terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
Setibanya
di desa Cengkarsari, Kyai Buyut suami istri benar-benar tak segan-segan lagi
menganggap banteng dan burung sebagai anak-anaknya. Jika bercakap-cakap. (pupuh
V bait 1)
b)
Kyai Buyut menggunakan bahasa ngoko, sedangkan banteng dan burung
menggunakan bahasa krama. Mereka masih terus berbuat kebaikan dan membantu
bekerja. Ki buyut masih tetap menjual barang-barang yang ditemukan (pupuh V
bait 2)
2)
Sopan-santun atau tatakrama.
Terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
Anda
termasuk bangsa burung, mengapa mahir berbahasa sempurna. Dan banteng ini,
didekati juga jinak serta tahu tata karma dan sopan santun. Baru kali inilah
saya bertemu.” (pupuh IV, bait 48)
b)
Banteng menyahut, “Kyai, kuminta anda memaklumi. Karena saya ini
binatang hutan yang tidak dapat duduk dengan baik, yang bisa aku lakukan hanya
mendekam saja. Itu pun sudah ku anggap baik.” (pupuh IV, bait 49).[31]
c.
Nilai pendidikan social meliputi:
1)
Tolong menolong, terlihat pada bait –bait yang berarti:
a)
Dalam keadaan seperti itu, bantenglah yang menolong mambawakan
sampai kemanapun juga. Demikianlah selalu pekerjaannya, sehingga banyak
sahabatnya. Tak terhitung banyaknya para saudagar, (pupuh XIII, bait 17)
b)
Dan barang siapa sudah kenal baik, benar-benar merasa berhutang
budi, lalu ingin memberi hadiah ala kadarnya, akan tetapi bingung tentang
caranya yang sekiranya sesuai. ((pupuh XIII, bait 18)
2)
Kasih saying terlihat pada
bait-bait yang berarti:
a)
“Hai
banteng. Apa sebabnya, kata-katamu belum selesai tiba-tiba air matamu
bercucuran. Siapakah sebenarnya engkau ini? Engkau binatang hutan, akan tetapi
dapat bercakap-cakap seperti manusia. (pupuh XXIII bait 15)
b)
Banteng menjawab dengan suara perlahan, “Dulu saya mempunyai
saudara, yang rupanya seperti itu. Mengapa saya teringat kepadanya, karena
sekarang ini ada berita bahwasanya mereka pergi dengan diam-diam di waktu
malam, hilang tak tentu rimbanya.” (pupuh XXIII bait 16)
3)
Kesetiaan, terlihat pada bait yang berarti:
“Setelah hari pagi datang kembali,
si menco segera diperintahkan supaya kembali ke Cengkarsasari, membawa sebuah
sarana rahasia, yang akan dipakai sebagai sarana pembuktian. Sebuah wasiat
pemberian ibunya berbentuk cincin dengan permata yang bercahaya-cahaya, bernama
cincin Manik Adiwarna, itulah yang dijadikan sarana.” (pupuh VIII bait 66)
4)
Kesetiakawanan, terlihat pada bait yang berarti:
“Banteng yang mendengar ujar
orang-orang yang ditolongnya lalu menjawab dengan bahasa manusia, bahwa balas
jasa itu sebenarnya tidak ada manfaatnya. Yang penting ialah, agar tetap ingat,
dan tak lupa mengakui sebagai teman baik lahir maupun batin”. (pupuh XIII bait
19).[32]
d.
Nilai pendidikan moral meliputi:
1)
Sikap sabar, terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
Sehingga
tak ubahnya dengan manusia. “Jamang menyambung, ujarnya, “Cunduk, engkau
sungguh beruntung, mendapat amanat dari gusti. (pupuh XII bait 5)
b)
Resapkanlah sampai ke hati dengan baik, jangan was-was. Kematian
suamimu itu terimalah dengan sabar dan tabah.”(pupuh XII, bait 6)
2)
Menepati janji, terlihat ada bait-bait uyang berarti:
“Si burung menjawab dengan suara
lembut, ujarnya, “Memang benar, sebagai burung menco saya biasa mengoceh. Akan
tetapi tak mempunyai watak pembohong dalam segala ucapannya. Takut ingkar
janji. Saya datang agak terlambat, karena lama minta penjelasan akan segala
pesan.” (pupuh IX bait 7)
3)
Rela berkorban, terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
Maksudnya
hendak menangkap panah itu. Akan tetapi karena tangkapannya meleset, yang kena malahan
badannya sendiri. Akibatnya kedua burung menco itu terkena senjata, langsung
jatuh, dan mati, bangkainya hilang. (pupuh XIX bait 40)
b)
Menco cunduk tetap mati, karena sudah manunggal lagi dengan sumping
di alam baka. Sedangkan tubuh menco jamang kembali menjadi manusia seperti
keadaannya di masa lampau, ialah rajaputra Prambanan. (pupuh XIX bait 41)
4)
Rendah hati, terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
Si
burung menjawab lembut, ujarnya, “Benar, sayalah yang tadi berkidung, namun
sesungguhnya belun mahir atau ahli dalam hal kakawin, dan hanya sekedar
merangkai kata, itupun masih kaku. Dalam mempertautkan kata-kata yang baik,
sering kali masih kurang tepat. (pupuh VI bait 23)
b)
Meskipun demikian memberanikan diri dengan pengetahuan yang
sedikit. Lumayan untuk bekal mempelajari kata-kata kawi, dan untuk
mengembangkan kemampuan bernyanyi, agar supaya tidak bodoh. (pupuh VI bait 24)
5)
Tidak mudah putus asa, terlihat pada bait-bait yang berarti:
a)
Bayi itu
dipungut oleh randa dadapan, diberi nama Rara Nawangsih. Tersebutlah raden Jaya
Sandika yang masih tetap mencari Rara Jonggrang, terlunta-lunta tak karuan.
Menurut cerita kuno, ia terkena oleh kutukan Raden Bandung, (pupuh XVII bait
38)
b)
Sehingga menjadi anjing, namun masih tetap mencari tunangannya,
karena tidak tahu bahwa yang dicarinya sudah tidak ada. Ia berusaha sangat
keras supaya berhasil, sekaligus mohon kepada dewata, agar terbebas dari
ujudnya yang salah. (pupuh XVII bait 39).[33]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Ranggawarsita III merupakan pujangga besar yang berasal dari
Surakarta. Pada awalnya ia adalah seorang yang Bengal akan tetapi setelah
mendapatkan nasihat dari Kiyai Kasan Besari dan pengasuhnya Ki Tanujoyo, ia
insaf dan menjadi santri yang taat, giat belajar dan pekerja keras sehingga
dalam karirnya ia berhasil menjadi seorang pujangga kerajaan yang memiliki
banyak karya. Ranggawarsita III wafat pada tahun Ranggawarsita wafat pada
tahun1873 M, tepatnya pada tanggal 24 Desember, dalam usia 71 tahun, dan
dimakamkan di Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
2.
Karya Rangga warsita banyak sekali, namun yang sering menjadi
rujukan bagi penganut Islam kejawen adalah: Serat Pustaka Raja, Wirid
Hidayat Jati, Serat Aji Dharma, Serat Cemporet, Serat Joko Lodhang, Serat
Jayeng Baya, Serat Kalatida, dan Serat Paramayoga,
3.
Pemikiran Ranggawarsita, besar pengaruhnya bagi masyarakat Jawa,
Baik dari ajaran mistiknya, etikanya, dan ramalan-ramalannya. Hingga beberapa
pembaca Karyanya mengatakan bahwa beliau
merupakan filosof sejarah dan juga Pendidikan.
B.
Saran
Dengan adanya
makalah ini kami berharap pada pembaca:
1.
Berkenan membaca makalah ini dengan seksama.
2.
Berkenan mengomentari isi dari makalah ini.
3.
Berkenan untuk mengkaji
lebih mendalam tentang pembahasan ini.
4.
Berkenan untuk berdiskusi bersama tentang masalah-masalah yang
muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Any,
Anjar. 1989. Raden Ngabehi Ronggowarsito. Semarang: Aneka ilmu
Hariwijaya,
M. 2006. Islam kejawen. Yogyakarta: Gelombang pasang
Solikin, M. 2001. Sejarah dan Pemikiran
Tashawuf di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia
Umamah
el-Azizi, Zahrotul. 2011. Rahasia-rahasi Otak Orang Yahudi, Cina, dan Jawa. Jogjakarta:
Flash Books
Woodward,
Mark R. 2008. Islam Jawa. Jogjakarta: Lkis
Website:
Dian
Widiyanarko. Unusur-unsur Filsafat Sejarah dalam Pemikiran R.Ng.
Ronggowarsito. http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=filsafaat+sejarah+ronggo+warsito&meta=&btnG=Penelusuran+Google
Indonesia
File. Serat Wirid Hidayat Jati Raden Ngabehi Ronggowarsito. http://indonesiafile.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=307
Basuki Suhadirman. Ramalan Ronggowarsito http://www.mailarchive.com/itb75@itb.ac.id/msg01582.html
20 maret 2011,
Rudianto. Nilai-Nilai
Pendidikan Dalam Serat Cemporet Karya R. Ng. Ranggawarsita . http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH36ba.dir/doc.pdf
[1]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito, (Semarang: Aneka ilmu, 1989), h. 74
[2]M.Hariwijaya,
Islam kejawen, (Yogyakarta: Gelombang pasang, 2006), h. 308
[3]Gantang
merupakan julukan kepada R.Ng. Sudirodirjo II yang merupakan seorang ahli
gending di Negara Surakarta yang kondang. Sudirodirjo Gantang ini pada
waktu-waktu tertentu dikerek (dinaikkan seperti burung perkutut) di dalam satu
sangkar besar di sebuah pohon jambu yang terletak di sebelah utara pendapa
Agung. Memang pada waktu itu belum ada pengeras suara, dan R.Ng. Sudirodirjo
ini setelah “dikerek” di atas pohon, kemudian beliau diperintahkan untuk
menyanyikan tembang-tembang Jawa sebagai penghibur sang Prabu. Suaranya
menggema (Gemantang=Gantang) sampai jauh.
[4]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggo Warsito, h. 14
[5]M.Hariwijaya,
Islam kejawen.., h. 309
[6] M.Hariwijaya, Islam kejawen.., h. 310
[8]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito.., h. 40
[10]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito.., h. 49
[11]Dian Widiyanarko. Unusur-unsur Filsafat
Sejarah dalam Pemikiran R.Ng. Ronggowarsito. http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=filsafaat+sejarah+ronggo+warsito&meta=&btnG=Penelusuran+Google, h. 3, diakes pada Tgl. 19 Maret 2011, Jam
22.32
[13]
Anjar Any, Raden Ngabehi Ronggowarsito.., h. 117-118.
[14]Kejawen
yang dikenal di Indonesia adalah sebagai golongan kebatinan yang memiliki arah
dan pemikiran yang sangat bervariasi sesuai dengan kecenderungan masing-masing.
Para peneliti berbeda pendapat dalam memberikan definisi terhadap aliran ini,
karena jumlahnya yang banyak dan
perbedaan yang sangat bervariasi menyusul agama-agama di Indonesia: Islam,
Kristen, Hindu, budha, dan kepercayaan-kepercayaan lokal (Animisme dan
dinamisme). Lihat, M. Sholihin, M.Ag., Melacak pemikiran Tasawuf di
Nusantara, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), h. 142
[15] M. Solikin. Sejarah dan Pemikiran Tashawuf di Indonesia.(Bandung:
Pustaka Setia, 2001), h. 99
[16]Indonesia
File. Serat Wirid Hidayat Jati Raden Ngabehi Ronggowarsito. http://indonesiafile.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=307
diakses pada tgl 18 Maret 2011 jam 21;31
[17]
M.Hariwijaya, Islam kejawen, (Yogyakarta: Gelombang pasang, 2006), h.
316
[18]Mark
R. Woodward. Islam Jawa. (Jogjakarta: Lkis, 2008), h. 56
[19]Basuki Suhadirman. Ramalan Ronggowarsito http://www.mailarchive.com/itb75@itb.ac.id/msg01582.html
20 maret 2011,
Diakses pada tgl. 20 maret 2011 jam 11;54
[20]
Zahrotul Umamah el-Azizi. Rahasia-rahasi Otak Orang Yahudi, Cina, dan Jawa. (Jogjakarta:
Flash Books, 2011), h. 169
[21]
Serat Kalatida. http://archive.kaskus.us/thread/1097173/0/karya2-ronggowarsito Diakses pada Tgl. 18 maret 2011 jam 21;31
[22]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggo Warsito.., h. 63
[23]Anjar
Any, Raden Ngabehi Ronggo Warsito.., h. 71
[25]Din Widianarko, Unsur-Unsur Filsafat Sejarah Dalam Pemikiran,
R.Ng. Ronggowarsito. http://www.google.co.id/search?hl=id&source=hp&q=filsafaat+sejarah+ronggo+warsito&meta=&btnG=Penelusuran+Google, h. 36, Diakses pada 19 Maret 2011, Jam 22.32
[26]Din
Widianarko, Unsur-Unsur Filsafat Sejarah Dalam Pemikiran, R.Ng.
Ronggowarsito.., h. 37
[28]M.Hariwijaya.
Islam Kejawen… h. 318
[29]Rudianto. Nilai-Nilai
Pendidikan Dalam Serat Cemporet Karya R. Ng. Ranggawarsita . h. 16. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH36ba.dir/doc.pdf
Diakses pada Tgl. 18 Maret 2011, Jam 23;13
[30]Rudianto.
Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Serat Cemporet Karya R. Ng. Ranggawarsita ..,
h. 98
[32]Rudianto.
Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Serat Cemporet Karya R. Ng. Ranggawarsita ..,
h. 108
[33]Rudianto.
Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Serat Cemporet Karya R. Ng. Ranggawarsita ..,
h. 116
sundul77.com Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya
BalasHapussundul77.com Adalah Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88 sundul77 Merupakan Salah Satu Bandar Bola, Bandar Casino, Poker Online Terpercaya IDNSPORT. Kelebihan Bandar Bola Terbesar www.sundul77.com Desain Website Menarik, Live Casino Online 24 Jam Non-Stop Bersama Dealer Eropa & Dealer Asia..
Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88
Bolagaming mempunyai tim berpengalaman dalam melayani setiap member yang bergabung di situs judi taruhan bola terbaik ini. Kami menyediakan customer service online 24 jam yang akan menemani anda dan membantu memberikan arahan kepada anda agar mudah saat melakukan pendaftaran. Anda bisa memilih jenis permainan judi taruhan online apa saja sesuai keinginan anda.
Ayo Bergabung Bersama Situs Judi Taruan Bola Terlengkap Bolagaming
situs agen bola terbaik,judi casino online,poker uang asli,poker uang asli,agen ibcbet
https://koinmaspoker.blogspot.com/2018/05/permainan-judi-yang-sering-dicari-poker.html
BalasHapusI am undeniably thankful to you for providing 918kiss us with this invaluable related information. My spouse and I are easily grateful, quite frankly the documents we needed.
BalasHapusI was very pleased to find this site.I wanted to thank you for this great read!! I definitely enjoying every little bit of it and pussy888 test id
BalasHapusI have you bookmarked to check out new stuff you post.
The scr888 kiosk blog scr888 bonus article very scr888 hack surprised to me scr888 agent! Your writing is good. In this I learned scr888 download a lot! Thank you!
BalasHapusCongratulations you guys, rollex casino download nice couple, have fun.
BalasHapusTOGEL212
BalasHapusagen togel212
alamat togel212
alternatif togel212
angka jitu hk togel212
angka jitu togel212
angka main hk togel212
aplikasi togel212
bandar togel212
bandar togel togel212
bo togel212
bocoran hk togel212
TOGEL ONLINE
jayatogel
togel online
togel singapore online
togel online terpercaya
daftar togel online
togel online sgp
jaya togel keluaran hongkong
jaya togel sdy
bandar togel online
situs togel online
togel online org
BERKAH365
Berkah 365
liga Berkah365
link alternatif Berkah365
live chat Berkah365
Berkah365 seo
Berkah365 asia
login Berkah365
link Berkah365
dunia Berkah365
Berkah365 link alternatif
king Berkah365
Berkah365 alternatif
cebanqq
BalasHapushebatqq
ganoolqq
ladangqq
nikmatqq
championqq
zumaqq
cebongqq
http://199.188.201.133/
qiuqiu99
your article is live22 download contain off interesting information. nice job.
BalasHapusE-sports are exciting, 24 hours per game. The best online gambling sites are now ready to find the money for esports additional hints services. carefree bets are other entertainment all epoch you use it will inspire you and win huge prizes. This is other gambling game for futuristic people who adore challenges that will keep you happy throughout the battle. exploit for prize child maintenance by launch facilities in complex forms, complementary game that is purchase wide attention.
BalasHapusCasino Sites
BalasHapusNo Deposit 꽁머니 Bonuses. 윈 조이 포커 When 식스 먹튀 you get started with 파라오바카라 a no deposit bonus, 포커 게임 다운 you'll get your winnings back to you in the form of free cash or free 🎁 No Deposit Bonus: 100% up to $1000🎁 Bonus Code: No Code Needed