Oleh:
Adib Hasani dan Devid Harianto
A. Pendahuluan
Telah selesainya hadis Nabi SAW dalam proses
pembukuannya, tidak berarti lepas dari segudang permasalahan. Salah satu
permasalahan tersebut adalah dalam aspek kualitas keshahihan hadits. Oleh
kerena itu, untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih mendalam tentang kualitas
keshahihan hadist, perlu adanya pen-takhrij-an terhadap hadist terkait,
yaitu dengan melakukan dengan cara melakukan penelitian sanad. Adapun langkah
yang paling sederhana dalam melakukan penelitian sanad hadist adalah dengan
mencari biografi antara para perawi, relasinya antara guru dengan murid. Dan
yang paling mendasar adalah adanya komentar/penilaian dari ulama yang lainnya
terhadap kepribadianpara rawi terkait
serta hal-hal yang berkaitan dengan periwayatannya.
Dari langkah-langkah sederhana di atas, yang penulis jadikan sebuah cara
dalam rangka penelitian sanad hadist terhadap hadist tsaqalain yang
terdapat dalam Kitab al-Razi dan KitabMuntakhab Kanzul Umal[1].
B. Hadist Tsaqalain dari Kitab
Tasir al-Razi
Dalam
kitab Tafsir al-Razi tidak ditemukn Hadits-hadits tsaqalain dengan informasi
sanad yang lengkap. Kami menemukan hadits dengan redaksi seperti berikut ini:
عن أبي سعيد
الخُدْريّ عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : « إني تارك فيكم الثقلين ، كتاب
الله تعالى حبل ممدود من السماء إلى الأرض ، وعترتي أهل بيتي »
Kemudian kami
mencoba menelusuri hadits tersebut pada Kitab Tabaqah al-Kubra. Kami menemukan
Hadits dengan redaksi matan yang mirip dengan Rawi al-a’la yang sama yaitu Abi
Sa’id al-Khudri.
أخبرنا
هاشم بن القاسم الكناني أخبرنا محمد بن طلحة عن الأعمش عن عطية عن أبي سعيد الخدري
عن النبي صلى الله عليه و سلم قال إني أوشك أن أدعى فأجيب وإني تارك فيكم الثقلين
كتاب الله وعترتي كتاب الله حبل ممدود من السماء إلى الأرض وعترتي أهل بيتي وإن
اللطيف الخبير أخبرني أنهما لن يفترقا حتى يردا علي الحوض فانظروا كيف تخلفوني
فيهما
1.
Analisis
Ittishal al-Sanad
Untuk
mengetahui sanadnya muttashil atau tidak perlu menganalisis guru-muridnya
sebagai berikut:
a.
‘Athiyah
1)
Nama
lengkap: ‘Athiyah bin Sa’id bin Janadah al-‘Aufiy al-Jadaliy, al-Qaisiy
al-Kufiy. Nama kunyahnya adalah Abu al-Hasan. Beliau wafat pada tahun 111 H.
Beliau adalah dari golongan syi’ah.
2)
Guru-gurunya
antara lain: ‘Abdullah bin ‘Abbas, Abi Sa’id al-Khudriy, Abu Hurairah,
‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab.
3)
Murid-muridnya
antara lain: Sulaiman al-A’masy, Zakaria bin Abi Zaidah, Salim bin Abi
Hafshah, Shalih bin Muslim.
b.
Al-A’masy
1)
Nama
lengkap: Sulaiman bin Mahran al-Asady al-Kahily, kunyahnya Abu Muhammad
al-Kufiy al-A’masy. Lahir pada tahun 61 H dan Wafat pada tahun 147 H atau 148 H
pada umur 88 tahun. Beliau termasuk golongan tabi’in kecil. Beliau berasal dari
Thabaristan dari desa Danbawandi, dia
dibawa oleh ayahnya ke Kufah, kemudian dibeli oleh seorang laki-laki dari bani
Asad kemudian dia dimerdekakan.
2)
Guru-gurunya
antara lain: Habib bin Abi Tsabit, ‘Athiyah al-‘Aufy, Aban bin
Abi ‘Iyaasy, Ibrahim al-Taimiy, Ibrahim al-Nakha’iy, Ismail bin Abi Khalid.
3)
Murid-muridnya
antara lain: Aban bin Taghlab, Ibrahim bin Thahman, Muhammad bin Thalhah bin
Mashraf al-Yamiy al-Kufiy, Muhammad bin Fudlail bin Ghazwan, Muhammad bin
Wasi’, Harim bin sufyan, Manshur bin Abi al-Aswad .
c.
Muhammad
bin Thalhah
1)
Nama
lengkap: Muhammad bin Thalhah bin Mashraf al-Yamiy al-Kufiy. Dia termasuk
golongan tabi’it tabi’in besar yang
wafat pada tahun 167H.
2)
Gurunya
antara lain: Humaid bin Wahab, Humaid al-Thawil, Sulaiman al-A’masy,
Salim bin ‘Athiyah, Thalhah bin Mashraf.
3)
Muridnya
antara lain: Abu al-Nadlr Hasyim bin al-Qasim, Muhammad bin Bakar bin
al-Rayan, Qurah bin Habib al-Qanawiy, ‘Aun bin Salam.
d.
Hasyim
bin al-Qasim al-Kananiy
1)
Nama
lengkap: Hasyim bin al-Qasim bin Muslim al-Laitsy al-Baghdadiy al-Taimiy
al-Khurasaniy. Kunyah-nya Abu
al-Nadlar. Laqab-nya Qaishar. Beliau termasuk dalam golongan tabi’it tabi’in kecil yang lahir pada tahun 134 H dan wafat tahun 207 H di
Baghdad.
2)
Gurunya
antara lain: Sulaiman bin al-Mughirah, Syu’bah bin al-Hajjaj, Muhammad bin
Thalhah bin Mashraf, ‘Ikrimah bin ‘Amar, ‘Ubaidillah al-Asyja’iy.
3)
Muridnya
antara lain: Ahmad bin Hanbal, Mujahid bin Musa, Muhammad bin Rafi’
al-Naisaburiy, Yahya bin Ma’in.
Dari pemaparan diatas terlihat bahwa
seluruh perawi hadits memiliki hubungan guru-murid. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa sanad hadits ini muttashil.
2.
Analisis
Jarh wa al-ta’dil
a.
Athiyah.
Penilaian para ulama tentang beliau:
1)
Muslim
bin Hajjaj berkata: Ahmad berkata dan menyebutkan ‘Athiyah al-‘Aufiy, kemudian
berkata: dia adalah orang yang lemah hadisnya.
2)
Abi
Sa’id berkata bahwa Hasim mendla’ifkan hadisnya ‘Athiyah.
3)
Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal berkata bahwa al-Tsauriy dan Hasyim mendla’ifkan hadisnya
‘Athiyah.
4)
‘Abbas
al-Dauriy berkata: Yahya bin Ma’in menceritakan bahwa dia orang yang shalih.
5)
Abu
Zar’ah berkata bahwa dia orang yang lunak/layin.
6)
Al-Nasa;I
berkata bahwa dia adalah orang yang dla’if.
7)
Abu
Hatim berkata bahwa dia orang yang dla’if yang menulis hadisnya.
8)
Abu
Daud berkata: bukan orang yang bisa dibuat pegangan.
9)
Al-Saji
berkata: bukan orang yang bisa dibuat hujjah.[2]
b.
Al-A’masy.
Penilaian para ulama tentang beliau:
1)
‘Ali
bin al-Madini berkata: yang menjaga ilmu dari umatnya Nabi Muhammad ada enam
orang: bagi ahli Makkah ada ‘Amr bin
Dinar, bagi ahli Madinah ada Ibn Syihab al-Zuhri, bagi Abli Kufah ada Abu Ishaq
al-Sabi’iy dan Sulaiman bin Mahran al-A’masy, bagi ahli Bashrah ada Yahya bin
Abi Katsir Naqilah dan Qatadah.
2)
‘Abbas
al-Dauri berkata: diceritakan dari Sahl bin Halimah berkata: aku mendengar Ibn
‘Uyainah berkata: al-A’masy mengungguli
para sahabatnya sebab enam perkara: dia yang paling banyak membaca al-Qur’an,
paling hafal terhadap hadis, paling alim terhadap ilmu faraidl dan dia
menyebutkan tabiat yang lain.
3)
Zahir
bin Mu’awiyah berkata: saya tidak menemukan seseorang yang lebih mengerti dari
pada al-A’masy dan Mughirah.
4)
‘Amr
bin Ali berkata: al-A’masy diberi nama dengan mushaf sebab kejujurannya.
5)
Muhammad
bin Abdillah al-Maushuliy berkata: para ahli hadis tidak ada yang lebih kuat
dari pada al-A’masy.
6)
Ishaq
bin Mansur berkata: diceritakan dari Yahya bin Ma’in: al-A’masy dapat dapat
dipercaya/tsiqah
7)
Al-Nasa’I
berkata: dapat dipercaya dan stabil.
8)
Ibn
Hajar menetapkannya sebagai orang yang dapat dipercaya, hafidh,
mengetahui ilmu qira’at, wara’, tetapi juga mudallis.[3]
c.
Muhammad
bin Thalhah. Penilaian para ulama tentang beliau:
1)
Ibn
Hajar menggolongkannya sebagai orang yang benar, dia punya banyak khayalan,
para ulama’ mengingkari pendengarannya dari ayahnya karena dia masih kecil.
2)
Al-Nasa’i
berkata: dia bukan termasuk orang yang kuat hafalannya.
3)
Abdullah
bin Ahmad bin Hanbal berkata: diceritakan dari ayahnya: dia tidak apa-apa.
4)
Abu
Bakar bin Abi Khaitsamah berkata: Yahya bin Ma’in ditanya tentang Muhammad bin
Thalhah, dia berkata: shalih.
5)
Ishaq
bin Manshur berkata: diceritakan dari Yahya bin Ma’in: dia dla’if.
6)
Abu
Zar’ah berkata: dia orang Shalih.
7)
Al-‘Aqiliy
berkata: Ahmad berkata: tsiqah. [4]
d.
Hasyim
bin al-Qasim al-Kananiy. Penilaian para ulama tentang beliau:
1)
Ibn
Hajar menggolongkannya sebagai orang yang dapat dipercaya (tsiqah) dan
kukuh (tsabat).
2)
Al-Dzahabi
menggolongkannya sebagai hafidh dan tsiqah.
3)
Utsman
bin Sa’id al-Darimiy berkata: diceritakan dari Yahya bin Ma’in bahwa dia itu tsiqah.
4)
Ibnu
Qani’ berkata: Tsiqah.
5)
Ibn
‘Abd al-Bar berkata: para ulama’ sepakat bahwa dia benar (shaduq).
6)
Al-Nasa’I
berkata: tidak apa-apa.[5]
Berdasarkan pendapat para Ulama’
diatas ditemukan bahwa ‘Atiyah oleh sebagian besar ulama dihukumi Dho’if,
Al-amasy oleh sebagian besar ulama dinilai baik dan tsiqah, Muhammad bin
Tholhah bin Mashraf banyak yang menilainya tsiqah akan tetapi sebagian ulama
juga menilainya dho’if, dan Hasyim bin al-Qasim al-Kananiy sebagian besar ulama
mengatakan orang yang dapat dipercaya, tsabit dan shaduq.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hadits dari kacamata jarh wa al-ta’dil para ulama dinilai dho’if.
C.
Kitab Muntakhab Kanzul Ummal
Dalam kitab Muntakhab Kanzul Ummal
ditemukan Hadits tsaqalain dengan sanad dan redaksi seperti berikut:
إني لا أجد لنبي إلا نصف عمر الذي
كان قبله وإني أوشك أن أدعى فأجيب فما أنتم قائلون قالوا نصحت قال أليس تشهدون أن
لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث بعد
الموت حق قالوا نشهد قال وأنا أشهد معكم ألا هل تسمعون فإني فرطكم على الحوض وأنتم
واردون علي الحوض وإن عرضه أبعد ما بين صنعاء وبصرى فيه أقداح عدد النجوم من فضة
فانظروا كيف تخلفوني في الثقلين قالوا وما الثقلان يا رسول الله قال كتاب الله
طرفه بيد الله وطرفه بأيديكم فاستمسكوا به ولا تضلوا والآخر عترتي وأن اللطيف
الخبير نبأني أنهما لن يتفرقا حتى يردا علي الحوض فسألت ذلك لهما ربي فلا تقدموهما
فتهلكوا ولا تقصروا عنهما . فتهلكوا ولا تعلوهم فإنهم أعلم منكم من كنت أولى به من
نفسه فعلي وليه اللهم وال من والاه وعاد من عاداه
)طب
عن أبي الطفيل عن زيد بن أرقم (
Hadits tersebut sanadnya tidak
lengkap yang ada hanya Rawi al-a’la dan satu muridnya yaitu zaid bin Arqam dan
Abi Tufayl. Selain itu juga ada symbol طب. Dalam muqadimah kitab Muntaqab Kanzul
Ummal simbol طب merupakan singkatan dari al-Thabarani. Maksudnya hadits
tersebut diambil dari kitab Mu’jam Kabirnya al-Thabarani. Setelah dilakukan
penelusuran ditemukan hadits diatas dengan sanadnya berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَبْدِ
اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بن حُمَيْدٍ ، ح
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بن عُثْمَانَ بن أَبِي شَيْبَةَ ، حَدَّثَنَا النَّضْرُ بن سَعِيدٍ
أَبُو صُهَيْبٍ ، قَالا : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن بُكَيْرٍ ، عَنْ حَكِيمِ
بن جُبَيْرٍ ، عَنْ أَبِي الطُّفَيْلِ ، عَنْ زَيْدِ بن أَرْقَمَ ، قَالَ : نَزَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُحْفَةِ ،ثُمَّ أَقْبَلَ
عَلَى النَّاسِ ، فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ، ثُمَّ قَالَ : إِنِّي لا
أَجِدَ لِنَبِيٍّ إِلا نِصْفُ عَمْرِ الَّذِي قَبْلَهُ ، وَإِنِّي أُوشَكُ أَنْ
أُدْعَى فَأُجِيبُ ، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ ؟ قَالُوا : نَصَحْتَ ، قَالَ :
أَلَيْسَ تَشْهَدُونَ أَنَّ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقُّ وَأَنَّ الْبَعْثَ بَعْدَ
الْمَوْتِ حَقٌّ ؟ قَالُوا : نَشْهَدُ ، قَالَ : فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَوَضَعَهُمَا
عَلَى صَدْرِهِ ، ثُمَّ قَالَ : وَأَنَا أَشْهَدُ مَعَكُمُ ، ثُمَّ قَالَ : أَلا
تَسْمَعُونَ ؟ قَالُوا : نَعَمْ ، قَالَ : فَإِنِّي فَرْطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ
وَأَنْتُمْ وَارِدُونَ عَلَيَّ الْحَوْضَ ، وَإِنَّ عُرْضَهُ أَبْعَدُ مَا بَيْنَ
صَنْعَاءَ وَبُصْرَى ، فِيهِ أَقْدَاحٌ عَدَدَ النُّجُومِ مِنْ فِضَّةٍ ،
فَانْظُرُوا كَيْفَ تُخْلِفُونِي فِي الثَّقَلَيْنِ ؟ فَنَادَى مُنَادٍ : وَمَا
الثَّقَلانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : كِتَابُ اللَّهِ طَرَفٌ بِيَدِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ وَطَرَفٌ بِأَيْدِيكُمْ فَاسْتَمْسِكُوا بِهِ لا تَضِلُّوا ،
وَالآخَرَ عِتْرَتِي ، وَإِنَّ اللَّطِيفَ الْخَبِيرَ نَبَّأَنِي أَنَّهُمَا لَنْ
يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ ، وَسَأَلْتُ ذَلِكَ لَهُمَا
رَبِّي ، فَلا تَقْدُمُوهُمَا فَتَهْلَكُوا ، وَلا تَقْصُرُوا عَنْهُمَا
فَتَهْلَكُوا ، وَلا تُعَلِّمُوهُمْ فَإِنَّهُمْ أَعْلَمُ مِنْكُمْ ، ثُمَّ أَخَذَ
بِيَدِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ ، فَقَالَ : مَنْ كُنْتُ أَوْلَى
بِهِ مِنْ نَفْسِي فَعَلِيٌّ وَلِيُّهُ ، اللَّهُمَّ وَالِ مَنْ وَالاهُ وَعَادِ
مَنْ عَادَاهُ .
Terlihat pada hadits diatas
al-Thabarani menuliskan hadits dari dua jalur Shanad. Jalur Sanad pertamanya
adalah: Zaid bin arqam, Abu Thufayl, Hakim bin Jubairi, Abdullah bin Bukairi,
Ja’far bin Humaidi, Muhammad bin Abdillah al-Hadrami. Sedangkan jalur sanad
kedua adalah: Zaid bin arqam, abu Thufayl, Hakim bin Jubairi, Nadhar bin Sa’id
Abu Shuhaib, Muhammad bin Usman bin Abi Syaibah. Dari situ terlihat pertemuan dua jalur sanad tersebut pada satu
guru yaitu Abdullah bin Bukairi.
1.
Analisis
Ittishal al-Sanad
a.
Ittishal
al-sanad pertama
Terkait ketersambungan sanad
tersebut dapat dilihat dari hubungan guru-murid para perawi sebagai berikut:
1)
Abu
Tufayl
a)
Nama
lengkapnya, Amir bin Wasilah bin Abdullah bin Umar bin Jahsyi Alaisi, Abu
Tufail. Wafat 110 H
b)
Guru-gurunya:
Nabi SAW, Salman al-Farisi, Abdulah bin Abas, Abu Bakar, Abdullah bin Abi
Kuhafah al-Shadiq, Zaid bin Arqam Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi
Thalib, Umar bin Khatab, Mu’adz bin Jabal
c)
Murid-muridnya:
Ismail bin Muslim al-Makki, Hakim bin Jubair, Salamah abi Tufail Alaisi,
Ikrimah bin Khalid al-Makhzumi, Umar bin Dinar, Qatadah, Hakim bin Jubair
al-Khufi al-Asadi,
2)
Hakim
bin Jubairi
a)
Nama
lengkapnya Hakim bin Jubair al-Khufi al-Asadi, dan ada juga yang menyebutnya
Maula Ali al-Hakim bin Abi al-‘Ash al-Tsaqafi
b)
Guru-gurunya:
Abu Tufail Amir bin Watsilah Alaisi, Sa’id bin Jubair, Abd Khair
al-Hamdani, Muhammad bin Abd al-Rahman bin Yazid al-Nakh’I, Musa bin Talhah bin
Abdilah
c)
Murid-muridnya:
Israil bin Yunus, Ismail bin Sa,mi’, Sulaiman al-A’masy, Shabah bin Hajjaj, Abdullah
bin Bukhair al-Ghanawi, Sufyan al-Tsauri,
3)
Abdullah
bin Bukairi
a)
Nama
lengkapnya Abdullah bin Bukairi al-Ghanawi al-Kufi.
b)
Gurugurunya:
Hammad bin Abi Sulaiman, Muhammad bin Sauqah, Hakim bin Jubair, Jahm bn Dinar
c)
Murid-muridnya:
Abd al-Rahman bin Mahdi Abu naim Mumammad bin al-Hasan al-Tamimi, Lais bin
Khalid.
4)
Ja’far
bin Humaid
a)
Nama
lengkap Ja’far bin Hamid al-Qursyi, Abu Muhammad al-Kufi. Beliau wafat pada
tahun 240 H.
b)
Guru-gurunya:
Isma’il bin ‘Iyasy, Hadij bin Muawiyah al-Ja’fy, Hafs bin Sulaiman al-Qari’I,
abi al-Ahush Salam bin Salim, Syariq bin Abdillah an-Nakh’I, Abdullah bin
Bukairi al-Ghanawi, Abdullah bin al-Mubarak, Abdu al-Rahman bin Abi
al-Zanad, Ubaidillah bin ‘Iyad bin laqith, Ali bin Dhibyan, Musa bin Umair
al-Qursi, al-Walid bin Abi Sauri, Ya’kub bin Abdillah al-Qumi, Yunus bin Abi
Ya’fur.
c)
Murid-muridnya, Musim, Ibrahim bin yusuf bin
Khalid, Abu Ya’la Ahmad bin Ali bin al-Mushali, Muhammad bin Abdillah bin
Sulaiman al-Hadrami, Muhammad bin Usman bin Abi Syaibah, Musa bin Ishaq bin
Musa al-Anshari.
5)
Muhammad
bin Abdillah al-Hadrami
Sejauh
penelusuran kami, informasi tentang Guru dan Murid Muhamad bin Abdillah
al-Hadrami belum kami temukan.
Dari
pemaparan guru-murid diatas terlihat bahwa ada satu rawi yang belum terlacak
jelas guru muridnya yaitu Muhammad bin Abdillah al-Hadrami. Sejauh pelacakan
kami di maktabah syamilah memang belum menemukan dengan jelas siapa guru
dan muridnya. Meskipun demikian agaknya indikasi ketersambungan sanad masih
didapatkan dari pertimbangan-pertimbangan berikut:
1)
Adanya
keterangan bahwa beliau termasuk kelompok gurunya Ja’far bin Humaid. Ja’far bin
Hamid merupakan rawi yang memiliki derajat tsiqah menurut ibn Hajar dan
al-Dzahabi.
2)
Menurut
sebagian ulama beliau berderajat tsiqah. Sehingga ada jaminan kalau
beliau tidak melakukan kebohongan.
3)
Dalam
tahamul wa al-ada’nya menggunakan redaksi “hadatsana” yang
mengindikasikan beliau bertemu dengan gurunya.
Dengan demikian, meskipun secara Dzanni
kami berkesimpulan bahwa antara Muhammad bin Abdillah bin al-Hadrami dan Ja’far
bin Humaid ada hubungan Guru dan murid.
Selanjutnya terkait Abdullah bin
Bukairi kami sudah menemukan beberapa guru dan muridnya. Akan tetapi, kami tidak
menemukan Ja’far bin Humaid dalam kelompok muridnya. Begitu juga dengan Hakim
bin Jubairi tidak kami temukan dalam kelompok Gurunya.[6]
Meskipun demikian ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan untuk menilai
ketersambungan guru-murid diantara mereka:
1)
Ada
keterangan bahwa beliau termasuk dalam kelompok guru-guru Ja’far bin Humaidi.
2)
Ada
keterangan bahwa beliau termasuk dalam kelompok Murid Hakim bin Jubairi.
Dari itu meskipun secara dzanni
pula kami menyimpulkan bahwa ada indikasi hubungan Guru-murid yang kuat antara Ja’far bin Humaidi, Abdullah bin
Bukairi, dan Hakim bin Jubairi.
b.
Ittishal
al-Sanad kedua
Dari
keterangan diatas telah jelas bahwa antara Zaid bin Arqam, Abu Thufayl, dan
Hakim bin Jubairi ada hubungan guru-murid. Adapun tentang keterangan rawi
selanjutnya pada sanad kedua ini adalah sebagai berikut:
1)
Nadhar
bin Sa’id Abu Shuhaib
a)
Nama
lengkap; Nadhr bin Said Abu Shuhaib, menurut Ibnu Qani’ ia seorang yang
berstatus lemah.
b)
Guru-
gurunya; al-Walid bin Abi Tsaur al-Marwazi dan lain-lain (jama’ah).
c)
Sedangkan
muridnya Muhammad bin Ustman bin Abi Syaibah dan Mathin (Muhammad bin
Abdullah al-Hadrami). Menurut Ibnu Hatim ia termasuk orang Syiah yang telah
dimerdekakan.
2)
Muhammad
bin Usman bin Abi Syaibah
a)
Nama
lengkap Muhammad bin Ustman bin Abi Ayaibah Ibrahim bin Usman Abu Jafar. Ia
termasuk penduduk Kufah yang pernah menjadi sahaya dari Bani Abbas.
b)
Guru-gurunya
ayahnya sendiri dan kedua pamannya (Abu Bakr dan Qasim), selain itu Ahmad bin
Yunus, Manjab bin al-Harist, Said bin Amr al-Asyast, Muhammad bin Imran bin Abi
Laila, Alla’ bin Amr al-Hanafi, Yahya al-Hamani, Yahya bin Ma’in, Ali bin
al-Madini dan lain sebagainya.
c)
Murid-muridnya;
Muhammad bin Muhammad al-Baghindi, Yahya bin Muhammad bin Gaid, al-Qadhi
al-Mahali, Muhammad bin Mukhallid, Abu Amr bin Sammak, Abu Bakar al-Najjad,
Ahmad bin Kamil, Ismail bin Ali al-Khatabi, Ja’far al-Khaldi, Abu Bakar
al-Syafii dan lain sebagainya.
Dari pemaparan diatas terlihat bahwa Muhammad bin Usman termasuk
dalam kelompok muridnya Nadr bin Said. Sementara kami belum menemukan Nadr bin
Said dalam kelompok gurunya Muhammad bin Usman. Begitu juga kami belum
menemukan informasi tentang adanya hubungan guru-murid antara Muhammad bin
Usman dengan penulis kitab dimana hadits ini ditemukan (Mu’jam al kabir) yaitu al-Thabarani.
Dengan
demikan, tentang Ittishal al-sanad hadits ini kami hanya bisa memaparkan
sejauh informasi yang kami dapatkan. Kami masih belum bisa menjelaskan dengan
pasti kedua jalur sanad tersebut muttashil atau tidak. Hal ini dikarenakan
masih ada teka-teki dalam hubungan
guru-murid sebagaimana yang telah dipaparkan diatas.
2.
Jarh
wa al-Ta’dil
a.
Jarh
wa al-ta’dil rawi sanad pertama
1)
Abu
Thufail: beliau adalah sahabat. Sebagaimana pendaat para ulama’ Sahabat terjaga
ketsiqahannya. Salah satunya adalah Shalih bin Ahmad yang mengakui ketsiqahan
Abu Tufail.
2)
Hakim
bin Jubairi
a) Menurut Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: Haditsnya Dhaif
b) Abu Bakar ibn Abi Khaitsimah Berkata dari Yahya ibn Mu’in: Laisa Bi
Syai’
c) Ibrahim ibn Ya’kub al-Sa’di: Kadzab
d) Al-Daruquthny: Matruk (tertolak)
e) Al-Nasai: Laisa bi Qawiyin (tidak kuat)
3)
Abdullah
ibn Bukairi al-Ghanawi al-Kufi. Menurut Yahya: La ba’sa bih
4)
Ja’far
ibn Hamid al-Qarsyi, al-‘Absii, Abu muhammad al-Kufi. Dalam kitab Tahdzibul
kamal:
a)
Abu
hatim ibn Hibban berkata “Tsiqat”
b)
Abu
Bakar ibn al-Manjuwiyah berkata bahwa “Ja’far ibn Hamid al-Qarsyi wafat setelah
tahun 230 H dengan usia 90 th.
c)
Muhammad
ibn Abdillah al-Hadrami mengatakan bahwa beliau wafat pada hari jum’at 11
jumadil akhir 240 H. Dan beliau adalah seorang yang tsiqah.
5) Muhammad
bin Abdillah al-Hadrami
Mengenai komentar para
ulama tentang Muhammad bin Abdillah, kami belum menemukannya.
Meskipun informasi tentang kridebelitas Muhammad bin Abdillah
al-Hadrami belum kami ketahui, sudah dapat disimpulkan bahwa sanad hadits yang
pertama ini adalah dho’if. Hal ini bisa terlihat dari status hakim bin
Jubairi yang dinilai matruk, kadzab, dan laisa bi qawiyin
oleh para ulama.
b.
Jarh
wa al-Ta’dil rawi sanad kedua
1)
Nadhar
bin Sa’id Abu Shuhaib
Menurut Ibnu
Qani’ ia seorang yang berstatus lemah (dhoif).
2)
Muhammad
bin Usman bin Abi Syaibah
a)
Shalih
Jazarah; tsiqah.
b)
Ibnu
Adi; beliau mengatakan “saya tidak melihatnya hadis munkar yang disebutkannya.
c)
Abdullah
bin Ahmad bin Hambali; kadzab.
Dilihat dari komentar-komentar para ulama di atas, dapat
disimpulkan bahwa sanad hadits ini juga dho’if.
Kedoifan sanad ini terlihat dari kacamata Ibnu Qani’ yang memberikan
status do’if pada Nadr bin Said dan juga Abdullah bin Ahmad bin Hanbal yang
memberikan status kadzab pada Muhammad bin Usman.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran yang telah kami paparkan diatas dapat
diambil kesimpulan bawasannya:
1. Hadits tsaqalain dalam kitab Tafsir al-Razi tidak ditemukan sanad
yang lengkap, kemudian kami menemukan sanad yang lengkap dengan redaksi hadits
yang mirip dari kitab Tabaqat al-Kabir. Menurut pengamatan kami shanad hadits
tersebut sambung (muttasil), akantetapi dari segi kridebelitas rawi ada yang
dhaif. Makadari itu dari kacamata kridibelitas perawinya hadits tersbut dha’if.
2. Hadits tsaqalain yang ada pada kitab Muntaqab Kanzul Ummal tidak
disertakan dengan lengkap sanadnya. Pada kitab tersebut hanya disebutkan dua rawi
al-a’lanya yaitu Zaid bin Arqam dan Abu Thufail. Setelah itu ada
symbol طب yang mengartkan hadits tersebut diambil dari
kitab mu’jamnya al-Thabrani. Kemudian kami menelusurinya pada kitab Mu’jam
al-Kabirnya beliau dan kami temukan hadits dengan redaksi dan rawi al-a’la
yang sama. Hadits yang kami temukan pada kitab tersebut, disebukan dua jalur
sanad yang bertemu pada tabaqat tabi’in. Sehingga kami mencoba
menelusuri informasi tentang kedua jalur sanad tersebut. Pada penelusuran kami,
tidak ditemukan dengan lengkap informasi guru-murid pada beberapa perawi.
Sehingga Ittishalu al-sanad pada beberapa perawi masih
bersifat teka-teki. Adapun tentang kridibelitas para perawi hadits tersebut,
para ulama banyak yang menghukumi dho’if pada beberapa perawi baik yang
ada pada jalur sanad pertama maupun jalur sanad kedua. Sehinga menurut beberapa
ulama’ hadits tersebut dho’if.
DAFTAR PUSTAKA
Abi al-Hajjaj Yusuf al-Muziy. tahdzib al-Kamal fi Asma; al-Rijal. jilid 12, 20, 25, 30. Beirut: Muassasah al-Risaalah. 1992
______,
Kanzu al-Ummal. Maktabah Syamilah
Ahmad
bin Ali bin Hajar. Lisan al-Mizan. Beirut: Muasasah al-‘Alami li al-Mathbu’at. 1986. Maktabah Syamilah
Abd
al-Rahman bin Abi Hatim. al-Jarh wa al-Ta’dil. Beirut: Daru Ihya al-Thuras al-Arabi, Maktabah Syamilah
Yahya
bin Main, Tarikh ibnu Ma’in. Damaskus: Dar al-Makmun al-Turats. 1400. (Maktabah Syamilah)
[1]
Dalam pengerjaan tugas ini kami banyak dibantu oleh saudara-saudara kami. Maka
dari itu Kami ucapkan banyak terimakasih: M.Saepulloh, Ibnu Malik, Mafatihur
Ridho, dan Anky Fauzan Alim.
[2] Abi al-Hajjaj Yusuf al-Muziy, tahdzib al-Kamal fi Asma; al-Rijal jilid
ke-20, (Beirut: Muassasah al-Risaalah, 1992), hlm. 141-149.
[3]Abi al-Hajjaj Yusuf al-Muziy, Tahdzib al-Kamal fi Asma; al-Rijal jilid
ke-12, (Beirut: Muassasah al-Risaalah, 1992), hlm. 76-91.
[4]Abi al-Hajjaj Yusuf al-Muziy, Tahdzib al-Kamal fi Asma; al-Rijal jilid
ke-25, (Beirut: Muassasah al-Risaalah, 1992), hlm. 417-421.
[5]Abi al-Hajjaj Yusuf al-Muziy, Tahdzib al-Kamal fi Asma; al-Rijal jilid
ke-30, (Beirut: Muassasah al-Risaalah, 1992), hlm. 130-136.
[6] Informasi tentang Abdullah bin Bukari
tidak kami temukan dalam tarjamahnya Maktabah Syamilah yang menyebutkan
guru-murid lebih lengkap. kami menemukannya pada kitab Lisan al-Mizan,al-Jarh
wa al-Ta’dil, dan Tarikh ibnu Ma’in.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar